I
PENDAHULUAN
Belajar berbasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma konstruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar siswa (student-centered learning). PBL (Problem based learning) berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, kemudian siswa di minta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang di pelajarinya, dari berbagai bidang ilmu (multiple perspective).
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Mengapa diperlukan pendekatan pembelajaran berbasis masalah?
Perlunya pendekatan pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
- Pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada
- Seseorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Demikian pula dengan belajar.
- Pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan itu.
- Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di dalamnya si pelajar secara langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut.
II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Belajar Berbasis Masalah
Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Atau menurut Boud & Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa .Problem based learning is away of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity. Jadi, Problem Based Learning (PBL) yaitu lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Yaitu, sebelum pembelajar mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para pembelajar menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut.
Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselessaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
PBL mempunyai banyak variasi, diantaranya:
- Permasalahan sebagai pemandu : masalah menjadi acuan konkrit. Karena masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar dalam mengaerjakan tugas.
- Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi : masalah di sajikan setelah tugas-tugas dan penjelasan di berikan. Tujuannya untuk memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk memakai pengetahuannya untuk memecahkan masalah
- Permasalahan sebagai contoh : masalah di jadikan contoh dan bagian dari bahan belajar.
- Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar : masalah di jadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir kritis.
- Permasalahan sebagai stimulus belajar : masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.
Definisi pendekatan belajar berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu lingkungan belajar dimana masalah mengendalikan proses belajar mengajar. Masalah di ajukan agar pelajar mengetahui bahwa mereka harus mempelajari beberapa pengetahuan baru sebelum mereka memecahkan masalah tersebut.
Pendekatan ini mencakup keduanya, yaitu sebuah kurikulum dan sebuah proses. Kurikulum yang terdiri dari masalah-masalah yang telah di rancang dan dipilih denagn teliti, yang menurut kemahiran pemelajar dalam critical knowledge, problem solving proviency, self-directed learning strategis dan team participation skills. (Barrows dan Kelson)
Para ahli lainnya mengemukakan bahwa pendekatan berbasis masalah adalah suatu pendekatan untuk membentuk struktur kurikulum yang melibatkan pelajar yang menghadapi masalah, dengan latihan yang memberikan stimulus untuk belajar (Boud & Feletti).
Menurut Barrows, Tamblyn (1980) dan Engel (1977), problem based learning dapat meningkatkan kedisiplinan dan kesuksesan dalam hal:
- Adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan
- Aplikasi dari pemecahan masalah dalam situasi yang baru atau yang akan datang
- Pemikiran yang kreatif dan kritis
- Adopsi data holistik untuk masalah-masalah dan situasi-situasi
- Apresiasi dari beragam cara pandang
- Kolaborasi tim yang sukses
- Identifikasi dalam mempelajari kelemahan dan kekuatan
- Kemajuan mengarahkan diri sendiri
- Kemampuan komunikasi yang efektif
- Uraian dasar-dasar atau argumentasi pengetahuan
- Kemampuan dalam kepemimpinan
- Pemanfaatan sumber-sumber yang bervariasi dan relevan
B. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends dalam Trianto, karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
2. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer.
5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Berdasarkan karekteristik tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, dan bisa menjadi pembelajar yang mandiri.
C. Cara Melaksanakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan oleh guru dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Persiapan:
Menyusun masalah yang akan dijadikan titik pangkal (starting point) pembelajaran. Masalah dipilih yang penting dan relevan bagi siswa, serta membutuhkan penerapan gagasan atau tindakan yang terkait dengan atau mengarah pada bahan pelajaran.
2. Orientasi (pengenalan):
a. Menyajikan masalah di kelas.
b. Membangkitkan ketertarikan atau rasa ingin tahu siswa pada masalah.
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami situasi atau maksud masalah.
3. Eksplorasi (penjelajahan):
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan strategi yang diciptakan sendiri oleh siswa. Masalah boleh dipecahkan siswa secara pribadi atau dalam kerjasama dengan siswa lain. Guru memberi dukungan bagi usaha mereka, misalnya dengan menjadi pendengar yang penuh perhatian atau memberi bantuan atau saran sejauh diperlukan.
4. Negosiasi (perundingan):
Mendorong para siswa untuk mengkomunikasikan dan mendiskusikan proses dan hasil pemecahan masalah, sehingga diperoleh gagasan-gagasan atau tindakan-tindakan yang dapat diterima oleh komunitas kelas
5. Integrasi (pemanduan):
a. Memandu siswa untuk merefleksikan proses pemecahan masalah.
b. Mengidentifikasi dan merumuskan hasil-hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pemecahan masalah.
c. Mengkaitkan hasil-hasil belajar itu dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga tersusun jaringan/organisasi pengetahuan yang baru.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai suatu model pembelajaran adalah:
· Realistik dengan kehidupan siswa
· Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
· Memupuk sifat inquiry siswa
· Memupuk kemampuan problem solving
Selain itu, kekurangannya adalah:
· Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks
· Sulitnya mencari masalah yang relevan
· Sering terjadi miss-konsepsi
· Memerlukan waktu yang cukup panjang
III
PENUTUP
Problem Based Learning (PBL) yaitu lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Yaitu, sebelum pembelajar mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para pembelajar menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut.
Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa. PBL mempunyai banyak variasi, diantaranya: permasalahan sebagai pemandu, permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, permasalahan sebagai contoh, permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar, dan permasalahan sebagai stimulus belajar.
Sehingga, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, dan bisa menjadi pembelajar yang mandiri.
IV
DAFTAR PUSTAKA
Dra.Evelin Siregar M.Pd, Hartini Nara M.Si (2007), Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar